Rabu, 17 Juni 2015

TABAH SAMPAI AKHIR !

s
uryo adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Suryo dan keluarganya tinggal di sebuah desa yang bernama Rengganis. Mereka tinggal sangat kekurangan. Saudara pertama dari Suryo bernama Agus. Saudara kedua Juana. Adik Suryo bernama Bambang. Umur mereka satu sama yang lain tak jauh beda. Rata -  rata hanya sekitar satu tahun. Orang tua mereka pekerjaannya hanya memelihara ternak. Bapaknya bernama Sutoyo dan Ibunya Sulastri.

            Yaaa.. Mereka semua masih duduk di bangku pendidikan SMA dan hanya Bambang yang masih kelas 3 SMP. Di antara mereka hanya Suryo yang paling rajin. Entah kenapa Suryo lebih rajin dari saudara – saudara yang lain.

            Sekolah dari mereka masing – masing sudah mengirim surat pemberiatahuan kepada orang tua mereka. Surat itu isinya daftar biaya untuk mengikuti ujian semester genap. Ya, semester dimana Juana, Suryo dan Bambang yang menentukan mereka berhak naik kelas atau tidak. Hanya Agus yang isi suratnya berbeda, “ Segera untuk membayar uang ijazah, jika tidak anak bapak atau ibu tidak mendapat ijazah” Kalimat itu yang tertera di dalam surat itu.
           
Sebagai orang tua yang baik pastinya akan berjuang untuk melunasi semua tagihan – tagihan dari sekolah mereka masing-masing itu. Dengan penghasilan yang cukup untuk makan saja, tentunya Bapak Sutoyo dan Ibu Sulastri sangat kesulitan untuk melunasi biaya sekolah anak-anak mereka. Terancam anak-anak mereka tidak akan naik kelas karena tidak bisa mengikuti ujian semester dan Agus terancam tidak mendapatkan ijazah. Pastinya mereka berpikir keras bagaimana melunasi tagihan – tagihan sekolah anak – anaknya.

“Mungkin putus sekolah yang bisa dilakukan” hanya kata – kata itu yang selalu terbayang di pikiran bapak Sutoyo, mengingat keadaan perekonomian keluarganya. Untuk menghutang saja tidak bisa karena sudah begitu banyak hutang – hutang yang belum terlunasi oleh bapak Sutoyo. Agus, Juana, Bambang pasrah apa yang terjadi saat ini. Mereka bilang pada bapaknya “Saya ingin putus sekolah saja Pak”. “Jangan sayang, Bapak akan usahakan untuk tambah pekerjaan lain”.

Hanya Suryo yang tetap bersikeras untuk tidak putus sekolah. Ia ingin mencapai cita – citanya untuk mengangkat derajat keluarganya. “Saya mau tetap sekolah Pak!”  ujar dia. “Iya Nak. Bapakmu pasti akan mengusahkan untuk mencari uang untuk biaya kalian sekolah kok” Ibu menjawab perkataan Suryo.

Pak Sutoyo dan Bu Sulastri berusaha kesana dan kemari untuk mencari pinjaman uang, dan hasilnya sangat mengecewakan. Tak ada satu pun yang mau memberi pinjaman uang kepada mereka. Dipandangan tetangga – tetangganya mereka sudah begitu banyak hutang, sehingga mereka merasa sanksi jika meminjamkan uang mereka kepada Pak Sutoyo dan Bu Sulastri. Pak Sutoyo dan Ibu Sulastri pulang kerumah dengan wajah sedih dan hati yang terluka. Terasa beban yang mereka pikul begitu berat.

Belum sempat duduk, Suryo langsung bertanya “Bagaimana Pak Bu ? sudah mendapat pinjaman uang ?”. “Tetangga kita gak ada yang memberi pinjaman, alasan mereka bermacam – macam”. Mendengar ucapan Bapaknya, Suryo langsung menangis karena dia terancam untuk putus sekolah.

Esok harinya Suryo memutuskan untuk berjualan es lilin keliling, dengan tujuan uang dari penghasilan berjualan itu untuk melunasi tagihan dari sekolah meskipun hasilnya tak seberapa besar.

Mulailah dia berkeliling sambil berteriak “Es lilin, es lilin, es lilin”. Tak ada satu pun yang membeli dagangan es nya. Dalam hatinya dia berseruh “Untuk mencapai sebuah impian pasti ada liku – likunya, cobaan, dan tantangan. Hanya dengan doa, perjuangan, usaha, kesabaran dan semangat yang kuat impian – impian Saya akan tercapai. “ TABAH SAMPAI AKHIR !!! “.

“Sepertinya Saya harus berjualan di sekolah – sekolah”. Segera dia pergi ke sekolah dekat tempat tinggalnya. Dia bolos sekolah untuk hari ini, karena berniat untuk berjualan. Ternyata sekolah tersebut sedang beristirahat. “Tepat waktunya Saya kesini, semoga laris manis es saya – Amin” serunya.

Kembali Suryo berteriak “es lilin, es lilin” supaya anak – anak yang di dekatnya mendengar dan tertarik untuk membeli es nya. Tak lama dari dia berteriak tadi, datang satu persatu yang hendak membeli es kepadanya. “Terimakasih Tuhan” yang selalu dia ucapkan di dalam hatinya karena ada yang membeli es nya. Bel pertanda masuk akhirnya berbunyi, segera anak – anak masuk kembali ke kelas mereka masing – masing.

Setelah, sekitar tempat untuk berjualan sepi, Suryo bergegas untuk pulang kembali. Dia pulang dengan hati yang gembira karena jualan dia laris manis.

Suryo percaya akan kekuatan impiannya. Suryo percaya akan janji-janji Tuhan yang akan menjadikan segala sesuatunya indah pada waktunya. Walaupun dengan diawali dengan perjuangan yang hebat, karena sesuatu perjuangan yang besar akan ada hadiah yang luar biasa yang sudah Tuhan hadiahi kepada Suryo.  Suryo percaya Tuhan akan memberikan sesuatu yang dibutuhkan umatnya. Tuhan tau segala yang umatnya butuhkan, saat kita belum memohon pun, Tuhan akan mengabulkan.

Uang yang dihasilkan dari jualan itu hanya setengahnya untuk membayar uang ujian dan kurang setengah lagi. Di samping itu kakak – kakak Suryo memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah, alasan dari mereka adalah tidak tega melihat orang tua mereka kesusahan untuk membiayai sekolahnya. Padahal dengan mencari uang seperti Suryo bisa dan sangat membantu untuk membiayai sekolahnya. Memang saudara – saudara dari Suryo lebih di bawa nya dalam urusan rajin sekolah.

“Terserah kalian kalau gak mau sekolah” Demikian perkataan Pak Sutoyo.
4 tahun kemudian, Suryo lulus dari sekolahnya dan berencana untuk mencari kerja. Padahal sebenarnya Suryo ingin meneruskan pendidikannya ke  jenjang yang lebih tinggi, karena faktor biaya akhirnya Suryo memutuskan untuk mencari kerja saja dan bisa membantu orang tuanya.

Ada tetangga yang mengajak Suryo untuk bekerja di PLN bagian lapangan. Ia mau bekerja di sana. Setelah 3 tahun bekerja di sana ada sesuatu hal yang memaksa Suryo untuk tidak bekerja lagi di sana.

Menganggur beberapa bulan, ada keluarga di Surabaya mengajak dia bekerja di sana. Suryo terpaksa meninggalkan orang tua dan saudara – saudaranya.

Agus bekerja buruh tani, Juana sudah menikah dan memiliki anak. Suaminya bekerja jadi tukang becak yang biasanya mangkal di pasar. Bambang bekerja menjadi kuli bangunan.

Jika dibandingkan dengan Suryo, mereka tidak ada apa – apanya. Suryo bekerja di perusahaan, yang gajinya lebih besar dari saudara-saudaranya.

2 tahun kemudian setelah bekerja di PT BMR Surabaya, Suryo di panggil oleh pimpinannya. Suryo menuju ke ruangan pimpinannya itu agak takut karena takut ada kesalahan yang Ia perbuat sama perusahaan ini.

Setelah Suryo tiba di depan ruangan ia langsung mengetok pintu “tok tok tok”. Spontan Pak Budi yang menjadi pimpinannya menjawab “Silahkan masuk” kemudian Suryo masuk dan duduk di depan meja Pak Budi.  

“Selamat pagi Pak” dan langsung bertanya “Ada apa bapak memanggil saya, apakah saya melakukan kesalahan pak ?” Pak Budi gak menjawab pertanyaan Suryo, tapi beliau memberi selamat ke Suryo “Selamat ya Suryo”. Suryo hanya melongoh mendengar kata kata selamat dari Pak Budi.

“Kenapa Bapak memberi selamat ?” Kemudian Pak Budi menjelaskan semuanya kepada Suryo

“Melihat anda bekerja di sini 2 tahun, saya melihat anda bekerja sangat baik, jujur, dan juga selalu bersemangat. Dengan modal bekerja dengan baik, jujur dan selalu bersemangat, dan sebelumnya sudah dirapatkan bersama dengan pimpinan – pimpinan yang lain. Kami memutuskan untuk mengutus Anda untuk memimpin PT BMR yang ada di Kerawang. Tapi sebelum anda ditugaskan di sana, Anda harus mengikuti program S1 di Jakarta Pusat yang dimana semua biaya ditanggung perusahaan”.

Mendengar hal itu, Suryo langsung berdoa dan berterimakasih kepada Tuhan atas semua berkat ini yang sudah diberikan kepadanya. Ini mungkin hadiah terbesar yang pernah di dapatnya dari sang pencipta, sang maha kasih, sang sumber berkat. “Terimakasih”

Esok harinya Suryo meminta izin untuk pulang ke rumahnya yang di kampung, untuk memberi tahu berita bahagia ini kepada orang tua dan saudara – saudaranya. Mendengar berita tersebut orang tuanya langsung meneteskan air mata dan  memeluk Suryo. Spontan saudara – saudaranya memberi selamat kepada Suryo.

“Bapak dan Ibu terimakasih ya atas semuanya yang sudah Bapak Ibu berikan kepada Saya. Kasih sayang, dan pengorbanan yang detik ini pun belum bisa Saya balaskan. Terimakasih juga atas doa Bapak dan Ibu sehingga Saya bisa mendapatkan ini semua. Tuhan memang baik dan adil. Mana yang baik buat kita dan mana juga yang tidak baik. Tuhan menjadikan indah pada waktunya”

Suryo mengatakan bahwa besok pagi dia harus berangkat ke Surabaya lagi dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk mengikuti tahap selanjutnya untuk modal menjadi Direktur Perusahaan.

Sekitar pukul 05.00 WIB Suryo mulai siap-siap dan rencana pukul 06.00 WIB berangkat. Segala sesuatunya sudah mulai Dia siapkan kemarin, dan hari ini tinggal menata ke dalam tas dan kardus.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB dimana Ia harus berangkat ke Surabaya. “Pak Bu, Saya pamit. Doa kan anak mu selalu ya.” Di lanjut ke Saudara – saudaranya. “Mas, dek.  Saya pamit. Doa kan selalu saudaramu ini.”

Setelah itu Suryo mulai melangkahkan kaki dan pergi. “Doa orang tua dan saudara – saudara Saya adalah modal untuk menjalankan tugas ini” serunya dalam hati.

Suryo sampai di Surabaya pukul 08.30 WIB dan di lanjut ke Bandara Juanda. Untuk melanjutkan pergi ke Jakarta.

4 tahun kemudian. Suryo akhirnya memiliki gelar sarjana, dan siap untuk memimpin suatu perusahaan yang cukup besar dan memiliki banyak cabang di Indonesia.

Ini semua berkat kerja keras dan kesabarannya Suryo yang ingin merubah derajat keluarganya. Dari awal Suryo percaya akan kekuatan impiannya. Bahwa suatu saat nanti Suryo akan sukses. Yaaa.. Pada dasarnya, hidup adalah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan jangan pernah melupakan yang sudah menciptakan kita, yang memberikan kehidupan ini di Bumi, yang memberikan kasih sayang yang tak terbatas.

Ingat, Tuhan akan menepati janji janjinya, Dia tak akan pernah mengikari semua janji yang sudah dijanjikan kepada umatnya yang selalu berdoa dan berserah kepada-Nya. Tak ada dikitabnya yang menuliskan bahwa “Rencana Tuhan itu adalah rancangan kecelakaan”. Tetapi yang ada adalah “Rencana Tuhan adalah rancangan yang indah, indah pada waktunya” TABAH SAMPAI AKHIR !!!
Akhirnya Suryo bahagia di Jakarta dengan menikmati hadiah hasil perjuangannya.


Nama           : Henokh Indra Kristianto
Kelas          : X.3

No                : 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar