TABAH
SAMPAI AKHIR !
s
|
uryo adalah anak ke tiga dari empat bersaudara.
Suryo dan keluarganya tinggal di sebuah desa yang bernama Rengganis. Mereka
tinggal sangat kekurangan. Saudara pertama dari Suryo bernama Agus. Saudara
kedua Juana. Adik Suryo bernama Bambang. Umur mereka satu sama yang lain tak
jauh beda. Rata - rata hanya sekitar
satu tahun. Orang tua mereka pekerjaannya hanya memelihara ternak. Bapaknya
bernama Sutoyo dan Ibunya Sulastri.
Yaaa..
Mereka semua masih duduk di bangku pendidikan SMA dan hanya Bambang yang masih
kelas 3 SMP. Di antara mereka hanya Suryo yang paling rajin. Entah kenapa Suryo
lebih rajin dari saudara – saudara yang lain.
Sekolah
dari mereka masing – masing sudah mengirim surat pemberiatahuan kepada orang
tua mereka. Surat itu isinya daftar biaya untuk mengikuti ujian semester genap.
Ya, semester dimana Juana, Suryo dan Bambang yang menentukan mereka berhak naik
kelas atau tidak. Hanya Agus yang isi suratnya berbeda, “ Segera untuk membayar
uang ijazah, jika tidak anak bapak atau ibu tidak mendapat ijazah” Kalimat itu
yang tertera di dalam surat itu.
Sebagai
orang tua yang baik pastinya akan berjuang untuk melunasi semua tagihan –
tagihan dari sekolah mereka masing-masing itu. Dengan penghasilan yang cukup
untuk makan saja, tentunya Bapak Sutoyo dan Ibu Sulastri sangat kesulitan untuk
melunasi biaya sekolah anak-anak mereka. Terancam anak-anak mereka tidak akan
naik kelas karena tidak bisa mengikuti ujian semester dan Agus terancam tidak
mendapatkan ijazah. Pastinya mereka berpikir keras bagaimana melunasi tagihan –
tagihan sekolah anak – anaknya.
“Mungkin putus sekolah
yang bisa dilakukan” hanya kata – kata itu yang selalu terbayang di pikiran bapak
Sutoyo, mengingat keadaan perekonomian keluarganya. Untuk menghutang saja tidak
bisa karena sudah begitu banyak hutang – hutang yang belum terlunasi oleh bapak
Sutoyo. Agus, Juana, Bambang pasrah apa yang terjadi saat ini. Mereka bilang
pada bapaknya “Saya ingin putus sekolah saja Pak”. “Jangan sayang, Bapak akan
usahakan untuk tambah pekerjaan lain”.
Hanya Suryo yang tetap
bersikeras untuk tidak putus sekolah. Ia ingin mencapai cita – citanya untuk
mengangkat derajat keluarganya. “Saya mau tetap sekolah Pak!” ujar dia. “Iya Nak. Bapakmu pasti akan
mengusahkan untuk mencari uang untuk biaya kalian sekolah kok” Ibu menjawab
perkataan Suryo.
Pak Sutoyo dan Bu
Sulastri berusaha kesana dan kemari untuk mencari pinjaman uang, dan hasilnya
sangat mengecewakan. Tak ada satu pun yang mau memberi pinjaman uang kepada
mereka. Dipandangan tetangga – tetangganya mereka sudah begitu banyak hutang,
sehingga mereka merasa sanksi jika meminjamkan uang mereka kepada Pak Sutoyo
dan Bu Sulastri. Pak Sutoyo dan Ibu Sulastri pulang kerumah dengan wajah sedih
dan hati yang terluka. Terasa beban yang mereka pikul begitu berat.
Belum sempat duduk,
Suryo langsung bertanya “Bagaimana Pak Bu ? sudah mendapat pinjaman uang ?”.
“Tetangga kita gak ada yang memberi pinjaman, alasan mereka bermacam – macam”.
Mendengar ucapan Bapaknya, Suryo langsung menangis karena dia terancam untuk
putus sekolah.
Esok harinya Suryo
memutuskan untuk berjualan es lilin keliling, dengan tujuan uang dari
penghasilan berjualan itu untuk melunasi tagihan dari sekolah meskipun hasilnya
tak seberapa besar.
Mulailah dia
berkeliling sambil berteriak “Es lilin, es lilin, es lilin”. Tak ada satu pun
yang membeli dagangan es nya. Dalam hatinya dia berseruh “Untuk mencapai sebuah
impian pasti ada liku – likunya, cobaan, dan tantangan. Hanya dengan doa,
perjuangan, usaha, kesabaran dan semangat yang kuat impian – impian Saya akan
tercapai. “ TABAH SAMPAI AKHIR !!! “.
“Sepertinya Saya harus
berjualan di sekolah – sekolah”. Segera dia pergi ke sekolah dekat tempat
tinggalnya. Dia bolos sekolah untuk hari ini, karena berniat untuk berjualan.
Ternyata sekolah tersebut sedang beristirahat. “Tepat waktunya Saya kesini,
semoga laris manis es saya – Amin” serunya.
Kembali Suryo berteriak
“es lilin, es lilin” supaya anak – anak yang di dekatnya mendengar dan tertarik
untuk membeli es nya. Tak lama dari dia berteriak tadi, datang satu persatu
yang hendak membeli es kepadanya. “Terimakasih Tuhan” yang selalu dia ucapkan
di dalam hatinya karena ada yang membeli es nya. Bel pertanda masuk akhirnya
berbunyi, segera anak – anak masuk kembali ke kelas mereka masing – masing.
Setelah, sekitar tempat
untuk berjualan sepi, Suryo bergegas untuk pulang kembali. Dia pulang dengan
hati yang gembira karena jualan dia laris manis.
Suryo percaya akan
kekuatan impiannya. Suryo percaya akan janji-janji Tuhan yang akan menjadikan
segala sesuatunya indah pada waktunya. Walaupun dengan diawali dengan
perjuangan yang hebat, karena sesuatu perjuangan yang besar akan ada hadiah
yang luar biasa yang sudah Tuhan hadiahi kepada Suryo. Suryo percaya Tuhan akan memberikan sesuatu
yang dibutuhkan umatnya. Tuhan tau segala yang umatnya butuhkan, saat kita
belum memohon pun, Tuhan akan mengabulkan.
Uang yang dihasilkan
dari jualan itu hanya setengahnya untuk membayar uang ujian dan kurang setengah
lagi. Di samping itu kakak – kakak Suryo memutuskan untuk tidak melanjutkan
sekolah, alasan dari mereka adalah tidak tega melihat orang tua mereka
kesusahan untuk membiayai sekolahnya. Padahal dengan mencari uang seperti Suryo
bisa dan sangat membantu untuk membiayai sekolahnya. Memang saudara – saudara
dari Suryo lebih di bawa nya dalam urusan rajin sekolah.
“Terserah kalian kalau
gak mau sekolah” Demikian perkataan Pak Sutoyo.
4 tahun kemudian, Suryo
lulus dari sekolahnya dan berencana untuk mencari kerja. Padahal sebenarnya
Suryo ingin meneruskan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi, karena faktor biaya akhirnya Suryo memutuskan
untuk mencari kerja saja dan bisa membantu orang tuanya.
Ada tetangga yang
mengajak Suryo untuk bekerja di PLN bagian lapangan. Ia mau bekerja di sana.
Setelah 3 tahun bekerja di sana ada sesuatu hal yang memaksa Suryo untuk tidak
bekerja lagi di sana.
Menganggur beberapa
bulan, ada keluarga di Surabaya mengajak dia bekerja di sana. Suryo terpaksa meninggalkan
orang tua dan saudara – saudaranya.
Agus bekerja buruh
tani, Juana sudah menikah dan memiliki anak. Suaminya bekerja jadi tukang becak
yang biasanya mangkal di pasar. Bambang bekerja menjadi kuli bangunan.
Jika dibandingkan
dengan Suryo, mereka tidak ada apa – apanya. Suryo bekerja di perusahaan, yang gajinya
lebih besar dari saudara-saudaranya.
2 tahun kemudian
setelah bekerja di PT BMR Surabaya, Suryo di panggil oleh pimpinannya. Suryo
menuju ke ruangan pimpinannya itu agak takut karena takut ada kesalahan yang Ia
perbuat sama perusahaan ini.
Setelah Suryo tiba di
depan ruangan ia langsung mengetok pintu “tok tok tok”. Spontan Pak Budi yang
menjadi pimpinannya menjawab “Silahkan masuk” kemudian Suryo masuk dan duduk di
depan meja Pak Budi.
“Selamat pagi Pak” dan
langsung bertanya “Ada apa bapak memanggil saya, apakah saya melakukan
kesalahan pak ?” Pak Budi gak menjawab pertanyaan Suryo, tapi beliau memberi
selamat ke Suryo “Selamat ya Suryo”. Suryo hanya melongoh mendengar kata kata
selamat dari Pak Budi.
“Kenapa Bapak memberi
selamat ?” Kemudian Pak Budi menjelaskan semuanya kepada Suryo
“Melihat anda bekerja
di sini 2 tahun, saya melihat anda bekerja sangat baik, jujur, dan juga selalu
bersemangat. Dengan modal bekerja dengan baik, jujur dan selalu bersemangat,
dan sebelumnya sudah dirapatkan bersama dengan pimpinan – pimpinan yang lain.
Kami memutuskan untuk mengutus Anda untuk memimpin PT BMR yang ada di Kerawang.
Tapi sebelum anda ditugaskan di sana, Anda harus mengikuti program S1 di
Jakarta Pusat yang dimana semua biaya ditanggung perusahaan”.
Mendengar hal itu,
Suryo langsung berdoa dan berterimakasih kepada Tuhan atas semua berkat ini
yang sudah diberikan kepadanya. Ini mungkin hadiah terbesar yang pernah di
dapatnya dari sang pencipta, sang maha kasih, sang sumber berkat. “Terimakasih”
Esok harinya Suryo
meminta izin untuk pulang ke rumahnya yang di kampung, untuk memberi tahu
berita bahagia ini kepada orang tua dan saudara – saudaranya. Mendengar berita
tersebut orang tuanya langsung meneteskan air mata dan memeluk Suryo. Spontan saudara – saudaranya
memberi selamat kepada Suryo.
“Bapak dan Ibu
terimakasih ya atas semuanya yang sudah Bapak Ibu berikan kepada Saya. Kasih
sayang, dan pengorbanan yang detik ini pun belum bisa Saya balaskan.
Terimakasih juga atas doa Bapak dan Ibu sehingga Saya bisa mendapatkan ini
semua. Tuhan memang baik dan adil. Mana yang baik buat kita dan mana juga yang
tidak baik. Tuhan menjadikan indah pada waktunya”
Suryo mengatakan bahwa
besok pagi dia harus berangkat ke Surabaya lagi dan melanjutkan perjalanan ke
Jakarta untuk mengikuti tahap selanjutnya untuk modal menjadi Direktur Perusahaan.
Sekitar pukul 05.00 WIB
Suryo mulai siap-siap dan rencana pukul 06.00 WIB berangkat. Segala sesuatunya
sudah mulai Dia siapkan kemarin, dan hari ini tinggal menata ke dalam tas dan
kardus.
Jam sudah menunjukkan
pukul 06.00 WIB dimana Ia harus berangkat ke Surabaya. “Pak Bu, Saya pamit. Doa
kan anak mu selalu ya.” Di lanjut ke Saudara – saudaranya. “Mas, dek. Saya pamit. Doa kan selalu saudaramu ini.”
Setelah itu Suryo mulai
melangkahkan kaki dan pergi. “Doa orang tua dan saudara – saudara Saya adalah
modal untuk menjalankan tugas ini” serunya dalam hati.
Suryo sampai di
Surabaya pukul 08.30 WIB dan di lanjut ke Bandara Juanda. Untuk melanjutkan
pergi ke Jakarta.
4 tahun kemudian. Suryo
akhirnya memiliki gelar sarjana, dan siap untuk memimpin suatu perusahaan yang
cukup besar dan memiliki banyak cabang di Indonesia.
Ini semua berkat kerja
keras dan kesabarannya Suryo yang ingin merubah derajat keluarganya. Dari awal
Suryo percaya akan kekuatan impiannya. Bahwa suatu saat nanti Suryo akan sukses.
Yaaa.. Pada dasarnya, hidup adalah perjuangan.
Perjuangan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan jangan pernah
melupakan yang sudah menciptakan kita, yang memberikan kehidupan ini di Bumi,
yang memberikan kasih sayang yang tak terbatas.
Ingat, Tuhan akan
menepati janji janjinya, Dia tak akan pernah mengikari semua janji yang sudah
dijanjikan kepada umatnya yang selalu berdoa dan berserah kepada-Nya. Tak ada
dikitabnya yang menuliskan bahwa “Rencana
Tuhan itu adalah rancangan kecelakaan”. Tetapi yang ada adalah “Rencana Tuhan adalah rancangan yang indah,
indah pada waktunya” TABAH SAMPAI AKHIR !!!
Akhirnya Suryo bahagia
di Jakarta dengan menikmati hadiah hasil perjuangannya.
Nama
: Henokh Indra Kristianto
Kelas :
X.3
No
: 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar